Mungkin saat ini dari istana kepresidenan sampai tingkat RT sedang menyiapkan pesta dan lomba-lomba menyambut hari kemerdekaan bangsa indonesia. Mulai dari lomba balap karung sampai panjat pinang menjadi bagian rutinitas pengisi perayaan hari kemerdekaan dinegri ini. Tentu, kita semua bersyukur atas Rahmat Allah SWT – seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD’45 - kemerdekaan dari penjajah akhirnya bisa dinikmati oleh rakyat indonesia. Namun, sesungguhnya tujuan kemerdekaan yang telah kita dapatkan ini bukan hanya lepas dari belenggu penjajahan fisik saja, namun dari bentuk penjajahan yang lain. Penjajahan ekonomi, penjajahan politik dan sebagainya.
Dan yang tidak boleh terlupakan adalah, bahwa sesungguhnya tujuan kemerdekaan yang telah kita nikmati ini adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum dan ikut serta dalam ketertiban dunia.
Namun, sejak kemerdekaan dulu negeri kita belum berjalan dengan baik dan masih tertatih dalam membangun negri ini . Pada dasarnya, hidup kita terasa semakin sulit. Masih banyak sekali orang miskin disekitar kita. Penderitaan makin banyak. Terhitung sejak kemerdekaan dulu, berapa generasi kini sudah beranjak dewasa, bahkan tua . Kebanyakan dari mereka mendapat banyak kesulitan agar bisa bertahan hidup dan ingin meninggalkan negeri ini. Mereka bersedia bekerja keras di Arab Saudi, malaysia dan negara lainnya yang jauh dari tanah air dan terpisah dari orang-orang yang mereka kasihi. Mereka sudah bersedia diperlakukan secara hina oleh majikan mereka dinegara-negara tersebut yang hanya sekedar mendapat upah beberapa dolar lebih banyak untuk menghidupi keluarganya di rumah.
Hutang Luar Negri
Kita baru sedikit sekali membangun negeri ini dan tidak punya tabungan apa-apa untuk masa depan anak – anak kita. Para politisi kita mengambil keputusan yang amat tidak bijaksana. Mereka telah meminjam sejumlah besar uang dari barat. Kita berhutang sangat besar sekali yang jumlahnya lebih besar dari anggaran belanja negara kita..
Meminjam uang dari negara lain tak ubahnya dengan Anda dan Saya berhutang kepada bank setempat atau kepada seorang teman. Hutang pribadi kita, tentunya menjadi tanggung jawab kita sendiri. Akan tetapi, kalau pemerintah kita meminjam dari negara lain, kita semua yang bertanggung jawab untuk melunasinya. Jika saja, hutang luar negeri ini secara bijaksana ditanamkan atau digunakan kepada hal yang lebih produktif, seharusnya kita sudah lama berada dalam keadaan yang lebih baik dan mampu melunasi hutang kita. Sayangnya, hampir semua pinjaman itu digunakan untuk kegiatan konsumtif. Bahkan sekitar 30 % hutang tersebut telah dikorup.
Selama ini, hampir setiap hutang disebutkan sebagai bantuan luar negeri dan perincian tingkat bunga serta berapa utang yang sudah dibayar tidak boleh diketahui oleh rakyat. Akhirnya, kita melunasi hutang – hutang kita dengan dengan menjual aset-aset negara kita, menggadaikan sumber daya alam kita.
Hutang luar negeri semacam ini semakin membuat kita miskin, hutang ini juga membuat standar hidup kita menjadi rendah, tapi kita tidak menyadarinya. Para politisi kita banyak menciptakan dalih. Bagaimanapun juga mereka telah menjual negeri ini sepotong demi sepotong, menguras habis sumber mineral kita dan menimbun hutang yang akan dibebankan diatas pundak kita dan anak-anak kita.
Kita dulu telah mampu mengalahkan belanda dan jepang dan memperoleh kemerdekaan, tapi kita belum mampu membebaskan diri kita sendiri dari jerat ekonomi yang telah dipasang oleh negara-negara barat. Kita tidak bisa melihat musuh kita, tapi hanya merasakan kehadirannya dalam segala tingkat kehidupan kita, inilah imperialisme baru, yang dirancang untuk mempertahankan dominasi negara-negara barat atas negeri , politik dan kehidupan kita.
Jika anda terus menerus meminjam uang untuk menghidupi keluarga anda dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, cepat atau lambat anda harus menjual harta milik anda, rumah dan tanah anda untuk melunasi hutang. Ini tidak boleh dibiarkan, negara-negara barat punya hak untuk menggadaikan negara kita, mereka bisa mengklaim hampir semua yang kita miliki, tanah dan sumber-sumber mineralnya, mereka telah mencengkram negeri kita. Mereka mempengaruhi hampir semua yang kita lakukan dinegeri ini, politik kita dan cara hidup kita.
Kita memiliki negeri yang elok dengan gunung yang indah dan hamparan lautnya yang luas. Kita telah mewarisi budaya yang amat baik sejak dulu. Rakyat kita suka bekerja keras, rajin, taat hukum dan punya dedikasi. Hanya saja saat ini, rakyat kita membutuhkan bimbingan, macam bimbingan yang tepat dan contoh yang baik yang akan memperbaiki kehidupan mereka dan anak-anak mereka dimasa depan.
Mungkin kita perlu waktu untuk mengejar ketertinggalan dari negeri negeri barat, tapi kita bisa melakukannya. Jika kita kehilangan kesempatan ini, negeri kita bersama negara-negara dunia ketiga lainnya akan menjadi negeri yang kumuh ditengah masyarakat barat.
Bangsa Klien
Menurut Kuntowijoyo - Melalui modal dan produk, kita menjadi klien Amerika, Eropa, Jepang, Taiwan, Korea Selatan, Singapura, dan RRC. Melalui tenaga kerja Indonesia (TKI)/ tenaga kerja wanita (TKW), kita menjadi klien Malaysia dan Timur Tengah. Melalui teve, kita menjadi klien Amerika, Jepang, Amerika Latin, Taiwan, dan India. Melalui utang, kita menjadi klien IMF, Bank Dunia, ADB, CGI, dan IDB.
Tentu kita masih menggantungkan harapan kita kepada SBY dan JK untuk dapat mengubah bangsa klien menjadi bangsa mandiri. Sementara itu, mentalitas kita pun juga harus berubah. Pada tahun 1945, kita sudah berubah dari bangsa terjajah menjadi bangsa mandiri. Kemudian kita terpuruk menjadi bangsa klien. Kalau salah urus, dari bangsa klien kita bisa jadi bangsa kuli, dari bangsa kuli menjadi "gelandangan di rumah sendiri"-istilah Emha Ainun Nadjib.
Karena sekarang ini kita menjadi bangsa klien, mentalitas kita telah rusak. Agar supaya mentalitas itu tidak mengganggu kesehatan mental elite dan massa, harus dilakukan perubahan. Perubahan itu ialah dari bangsa klien kembali jadi bangsa yang mandiri.
No comments:
Post a Comment