BAGASKARA MANJER KAWURYAN

Sunday, April 06, 2008

MASA DEPAN PARPOL ISLAM

(Tulisan ini di muat di Harian Fajar Banten 02/05/2008)

Seringkali kita mendengar orang yang mengatakan bahwa politik itu kotor, penuh dengan muslihat, penuh kebohongan dan kemunafikan. Dunia politik adalah dunia kepura - puraan. Disana tidak ada kesejatian yang ada hanyalah kepentingan. Makanya muncul adagium dalam politik kita bahwa tidak ada musuh atau kawan abadi yang ada hanyalah kepentingan abadi.

Kalau memang politik itu demikian adanya, maka alangkah jahatnya kahidupan politik itu. Dan sepertinya memang peformansi yang ditunjukan oleh para politisi kita demikian adanya. Sesungguhnya peran agama dalam hal ini islam sangat penting dalam rangka membingkai politik dengan moralitas . Namun yang jadi persoalan adalah, masih banyak yang menganggap bahwa politik tidak berkaitan dengan islam, sehingga yang terjadi adalah praktik - praktik politik machiavellistik yang digunakan walaupun oleh orang islam. Akhirnya, perilaku politik yang sering kita tonton adalah penipuan, kepura - puraan, ketidak jujuran, intimidasi, suap, manipulasi dan sejenisnya, dianggap sebagai hal yang biasa dalam berpolitik. Karena konsep politik Machiavelli adalah menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.

Dalam Islam, pandangan bahwa politik tidak berkaitan dengan islam jelas ditentang. Karena islam juga memandang bahwa politik merupakan bagian dari islam. Yang tentunya islam coba ingin mewarnai dunia politik dengan moralitas yang diajarkan oleh islam itu sendiri. Sedangkan dalam islam tidak menghalalkan cara - cara berpolitik yang kotor.

Namun, mengapa ada suatu pandangan pada sebagaian masyarakat bahwa dunia politik itu sangat kotor padahal partai politik islam dan politisi islam sangatlah banyak yang juga menjadi politisi?. Tentu ada yang salah dengan apa yang ditunjukan oleh para politisi islam ini dengan doktrin - doktrin agama tentang moralitas politik. Ternyata, islam sebagai agama moral belum sejalan dengan moralitas yang ditunjukan oleh para politisi islam dikancah perpolitikan dinegri ini.

Peran Partai Politik Islam

Era reformasi membawa arus perubahan besar peta perpolitikan nasional. Hal ini ditandai dengan kebebasan berpolitik. Dimana hak - hak rakyat yang selama bertahun - tahun yang diberangus oleh orde baru menemukan kebebasannya, termasuk kekuatan politik islam. Hal itu ditandai dengan banyak para cendikiawan, tokoh - tokoh islam, ulama mendirikan partai politik baik yang berbasis islam maupun nasionalis.

Paska pemilu 1999 menjadi satu momentum penting bagi bangsa ini bahkan umat islam untuk bisa memperbaiki kondisi bangsa yang amat akut masalahnya. Harapan besar pemilu digantungkan kepada partai politik guna pencapaian konsensus yang relatif mudah diantara berbagai kekuatan dalam masyarakat mengenai urgensi pemilu sebagai solusi bagi persoalan besar yang dihadapi bangsa. Persoalan - persoalan besar semisal, demokrasi yang terpuruk, korupsi yang akut, krisis yang berkepanjangan, kepemimpinan yang lemah kesemuanya diandalkan bisa diselesaikan lewat pemilu. Namun, hingga saat ini harapan perubahan yang di gantungkan kepada partai termasuk partai - partai islam masih jauh dari harapan. Bahkan kini bangsa indonesia semakin dipersimpangan jalan.

Berbicara kembali mengenai partai islam sampai sejauh ini masih belum menunjukan moralitas politiknya secara benar. Sehingga suara - suara ketidakpercayaan terhadap parpol islam pun kerap diungkapkan oleh masyarakat karena perilaku mereka juga tidak jauh berbeda dengan politisi yang lainnya.

Dalam konteks mengahadapi pemilu 2009 pun ketidak percayaan kepada para politisi islam pun menjadi besar. Karena mereka menganggap semua sama saja, ketika mereka berkuasa dianggap korupsi juga. Apalagi, selama ini performansi mereka didunia politik juga sangat mengecewakan. Namun, pertanyaan – pertanyaan itu memang wajar muncul kepermukaan. Pertanyaan – pertanyaan tersebut sebenarnya bukanlah suatu penolakan akan kehadiran para partai politik dan politisi islam dipanggung politik, namun lebih merupakan tuntutan akan konsistensi perjuangan para politisi islam itu sendiri. Karena sesungguhnya masyarakat butuh bukti yang nyata ketimbang janji - janji yang tak pasti.

Sesungguhnya perubahan yang diharapkan oleh masyarakat lewat jalur parlemen tidak akan pernah bisa terwujud selama partai politik islam belum memainkan perannya dengan baik. Paling tidak dalam rangka mewujudkan perubahan dinegri ini, partai politik islam harus memainkan 5 (lima) peranannya. Pertama, Peran fundamentasi. Seharusnya partai politik islam menjadi tempat untuk penginternalisasian nilai - nilai islam bagi para kader dan simpatisannya dengan konsep pembinaan islam secara berkesinambungan. Sehingga perilaku yang dimunculkan adalah perilaku - perilaku yang beradab karena bersumber pada akidah islam. Pada peran fundamentasi ini parpol islam juga seharusnya mensosialisasikan kejelasan visi dan misi serta arah yang akan dicapai. Serta memahamkan bahwa partai politik bukanlah segala - galanya dan hanya merupakan wadah, yang paling penting adalah nilai - nilai islam itu terus bersemai dalam setiap kader partai. Sehingga islam sebagai ajaran moral sejalan dengan moralitas yang ditunjukan pemeluknya dalam hal ini para politisi islam.

Kedua, Peran Pendidikan ( Edukasi). Sehebat apapun satu partai islam dalam menampilkan performa politiknya tidak akan bisa melakukan perubahan besar untuk bangsa ini, sebab perubahan hanya bisa dilakukan bersama - sama. Oleh karenanya penting bagi partai islam juga untuk menyebarkan nilai - nilai islam ini kepada yang lainnya, dalam bahasanya adalah dakwah. Melalui proses interaksi dan komunikasi menjadi media penting untuk melakukan perubahan perilaku pada politisi yang lain sehingga bisa memunculkan adab - adab yang baik. Artinya pada fungsi ini memberikan pendidikan politik kepada partai yang lain dan masyarakat bahwa berpolitik harus dibingkai dengan moral.

Ketiga, Peran Estetikasi. Sesungguhnya kehadiran partai islam menjadi pertaruhan tersendiri bagi nama islam. Karena keberadaan mereka diparlemen mengusung bendera islam. Maka, partai dan politisi islam ini dituntut untuk menampilkan perilaku yang terpuji, agar islam yang sudah cantik ini menjadi tidak tercoreng karena ulah dan perilaku dari para partai politik islam. Maka, tugas mereka adalah bagaimana mempercantik islam dengan perilaku yang enak untuk dilihat oleh masyarakat dan menjadi panutan bagi yang lain.

Keempat, Peran Legislasi. Kehadiran partai islam di parlemen seharusnya dimanfaatkan untuk membuat peraturan yang mengakomodir kepentingan umat islam dengan semisal membuat perda - perda anti kemaksiatan dan juga membuat regulasi yang berpihak kepada keadilan dan kesejahteraan masyarakat.

Kelima, Peran Reposisi. Sejatinya kehadiran parpol islam digelanggang politik ini, menjadikan posisi tawar umat islam menjadi meningkat. Partai islam seharusnya menjadi pembela kepentingan umat dan islam menjadi rahmatan lil alamin.

Jadi, partai politik islam kedepan harus memainkan perannya yang demikian. Jika tidak, kita sebagai masyarakat tidak bisa berharap banyak kepada partai islam yang ada meskipun secara kuantitas agak besar. Kemudian, yang mesti menjadi agenda penting bagi partai islam kedepan adalah bagaimana menyatukan visi dan kejelasan tujuan, bukan lagi terlalu asyik membicarakan koalisi dan aliansi calon presiden. Mereka sesungguhnya telah melupakan kewajiban utama partai politik yaitu, memikirkan, menyusun dan mendiskusikan agenda - agenda reformasi atau agenda perubahan dinegri ini semisal korupsi yang akut, krisis yang berkepanjangan, kepemimpinan yang lemah dan lain sebagainya.

Menjelang pemilu 2009 ini mudah - mudahan parpol islam bukan hanya disibukan dengan masalah calon presiden saja, melainkan lebih difokuskan pada upaya perbaikan politik umat islam masa depan. Sehingga perkembangan politik islam yang menurut Eep Saefullah Fatah terjebak oleh kekeliruan - kekeliruan lama mereka, yakni, mereka lebih suka marah ketimbang melakukan politisasi, kalangan islam lebih senang mengurusi kulit ketimbang isi, kalangan islam lebih mudah terpesona kepada keaktoran ( figuritas) bukan pada isme atau wacana yang diproduksinya, perilaku politik islam kerap dilakukan sebagai reaksi bukan proaksi dan umat islam senang membuat kerumunan bukan barisan. Wallahu’alam