BAGASKARA MANJER KAWURYAN

Wednesday, January 31, 2007

JANGAN TITIPKAN REFORMASI PADA SIAPAPUN!!!

Sewindu reformasi seakan tak ada artinya jika rakyat masih sulit mendapatkan nasi. Perilaku korup masih menggejala dalam jiwa para birokrat, politisi bahkan rakyatnya. Namun tentu saja kita juga berbahagia karena cengkraman tirani telah tumbang. Demokratisasi dan era kebebasan menjadi ”imbalan” yang bisa kita nikmati kini.

Hanya saja, saat ini rakyat telah melewati masa kebebasannya dan kebutuhannya menjadi mendesak adalah dalam peningkatan demokrasi ekonomi bukan lagi demokrasi politik. Selama ini terbentang jarak antara demokrasi dengan harapan rakyat mendapatkan nasi. Padahal rakyatlah yang selama ini bekerja keras memperjuangkan dan membangun rumah indonesia serta memberikan yang terbaik . Namun rakyat tak pernah menikmati hasilnya. Hanya segelintir elitlah yang menikmati kue pembangunan di negri ini. Hal ini persis seperti apa yang dikatakan oleh Soekarno dalam kitabnya Di Bawah Bendera Revolusi ” Rakyat jelata berkorban membangun rumah indonesia yang megah, tapi mereka tak pernah menikmatinya” .

Jadilah kini, delapan tahun –menginjak sembilan tahun- reformasi ternyata menampakkan wujudnya yang sejati. Sebuah perebutan bangkai gajah oleh ribuan belatung yang tak bisa kenyang, dengan kebusukan yang membahana menjadi hal biasa. Terlalu sibuk mengurusi sempalan sempalan daging busuk pengurus negeri ini yang mengabaikan tiang terkuat dari suatu negara; warga negara yang notabene rakyat jelata!

Tentu saja proses reformasi ini tidak boleh menjadi repetisi sejarah kelam perjuangan rakyat. Sebagaimana telah terjadi pada fase-fase sebelumnya. Hal ini akan mengakibatkan rakyat menjadi jenuh dan muak dengan janji-janji elit. Kalau sebelumnya rakyat berjuang untuk mendapatkan kebebasannya, bukan tidak mungkin suatu saat rakyat akan lari dari kebebasannya.

Oleh karena itu, kita harus memastikan bahwa proses reformasi nanti bukanlah merupakan janji kosong tanpa harapan. Bahwa ia merupakan sejarah yang pasti arahnya. Sejarah yang mampu mengembalikan kepercayaan dan optimisme rakyat .

Seperti juga penulis-penulis dalam buku ini – yang semuanya masih sangat muda- tidaklah pesimis melihat keadaan. Optimisme itu tetap muncul. Banyak hal yang hendak mereka perbuat. Jika meminjam puisinya Chairil Anwar- Tapi kerja belum selesai , belum apa-apa – kami sudah beri kami punya jiwa- kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa. Yang kini dibutuhkan hanyalah komitmen-komitmen baru. Terutama dari kaum muda. Sebab, kaum mudalah yang punya masa depan dan pewaris sah negri ini. Estafeta reformasi harus terus disambut oleh pejuang-pejuang baru. Biarlah mereka yang dulu memperjuangkan reformasi sekarang berdiam diri dan menikmati gelimang kekuasaan. Atau sebagiannya lagi putus asa karena reformasi tak juga berujung pada perbaikan yang diharapkan. Tapi Reformasi tak pernah mati. Yang mati adalah hati nurani kita. Dan ingat pesan beberapa penulis dalam buku ini. Jangan titipkan reformasi pada siapapun!!.

Monday, January 01, 2007

PUISI UNTUK PAHLAWAN

PAHLAWAN (1)

Gelisah tak mengapa
tapi jangan kau tinggalkan medan juang.
Takut tak apa lah
sebab kita manusia biasa

jangan...I jangan sampai sakratul maut perjuangan menjemput
Tetaplah disini sampai hari ini dan nanti.

Ya, kita sedang menorehkan tinta.
Hanya setetes tak mengapa
Kecil saja. itu cukup!
Dan kau menjadi pahlawan

Serang, 2005


PAHLAWAN (2)

Kadang kau bertanya
Siapakah pahlawan itu?
Kau, aku atau siapa ?

Sungguh !
Tak perlu kautanyakan itu
Kerja saja!. itu cukup untuk menjawab

Tak perlu risau kau dikenang atau tidak
goreskan saja sejarahmu
disini. di imperium ini

Maka kau akan dicatat
Dalam sejarah yang hebat
Bukan disini
Di negri abadi !

Serang, 2005



PAHLAWAN (3)

Tak ada upacara penghormatan
seperti jendral gugur dimedan perang

Biasa. Biasa saja
sebab pahlawan adalah manusia biasa
Tak perlu mati dalam peperangan
agar kau dikenang

Mungkin saat sakratul maut menjemput
kau hanya di antar beberapa teman

Tak mengapa
Sebab catatan kepahlawananmu bukan itu
Sebab telah kogoreskan sendiri
dalam Buku Besar TUHAN

Serang, 2005