Dalam dunia materialis seperti saat ini. Uang dianggap menjadi sesuatu yang paling dibutuhkan. Maka tak heran jika ada orang yang menganggap uang adalah segala-galanya. Dalam situasi semacam ini godaan materialisme tentu banyak menggelincirkan banyak orang. Banyak orang merasa selalu tidak cukup dengan harta yang dimiliki. Hingga akhirnya melakukan korupsi, mencuri, dan sebagainya.
Begitulah kini. Orang cenderung berfikir materialis. Semua serba dihitung matematis. Selalu merasa tidak cukup dengan uang seratus ribu, dua ratus ribu dan seterusnya. Memang, hidup di tengah kondisi yang sulit seperti ini materi menjadi sesuatu yang sangat penting. Namun, bukan berarti kita harus menjadi materialistis. Semua diukur dari nominalnya.
Cerita tentang kawan saya barangkali bisa menyadarkan kita semua. Kawan saya. Ia tidak memiliki gaji yang cukup dalam ukuran standar. Ia hanya bergaji 200 Ribu rupiah per bulan . Tapi ia memberanikan diri menikah setelah lulus kuliah. Padahal untuk ukuran materi, gaji 200 ribu belumlah cukup untuk biaya hidup. Tapi ia yakin dengan pilihannya. Ia mantap menikah!.
Kini, setahun sudah usia pernikahan kawan saya. Ia kini sudah memiliki rumah, motor dan satu orang buah hatinya. Sungguh, sesuatu yang sulit dihitung dengan logika. Tapi hidup bukan hanya bersandar pada logika tapi juga keimanan. Rezeki akan selalu datang dari tempat yang tak terduga meski penghasilan kita kecil. Namun dengan keimanan dan usaha yang sungguh-sungguh Allah telah memberikan keberkahan.
Keimanan inilah yang melahirkan keberkahan. Dalam situasi yang serba keterbatasan, keyakinan terhadap diri sendiri, kepada cita-citanya, keyakinan kepada Allah merupakan sebuah kekuatan yang mampu mengalahkan keterbatasan itu. Itulah yang disebut berkah. Inilah kuncinya! Semua mengalami pertumbuhan dan pertambahan melebihi nilai nominalnya. Berkah terjadi pada sesuatu yang sedikit namun menghasilkan banyak.
Oleh sebabnya Umar berkata kepada Amru Bin Ash dalam sebuah suratnya “ Tidak akan pernah sanggup mengalahkan orang-orang kafir dengan kecukupan sarana dan banyaknya jumlah tentara kita. Kita hanya dapat mengalahkan mereka karena kita beriman dan mereka kafir, karena kita bertakwa dan mereka bermaksiat.” .
Dengan keimanan dan ketakwaan inilah yang akan menjadikan kita memiliki kekayaan yang sesungguhnya. Meskipun nominalnya sedikit, namun menghasilkan banyak. Keimanan, keikhlasan, kejujuran, keberanian dan tawakal berpadu menjadi sebuah kekuatan. Inilah puncak spiritualitas. Hal inilah yang akan mampu memberikan keberkahan kepada kita. Keberkahan menjelaskan kepada kita suatu hukum bahwa sedikit bisa menghasilkan banyak.. Wallahu’alam.
Begitulah kini. Orang cenderung berfikir materialis. Semua serba dihitung matematis. Selalu merasa tidak cukup dengan uang seratus ribu, dua ratus ribu dan seterusnya. Memang, hidup di tengah kondisi yang sulit seperti ini materi menjadi sesuatu yang sangat penting. Namun, bukan berarti kita harus menjadi materialistis. Semua diukur dari nominalnya.
Cerita tentang kawan saya barangkali bisa menyadarkan kita semua. Kawan saya. Ia tidak memiliki gaji yang cukup dalam ukuran standar. Ia hanya bergaji 200 Ribu rupiah per bulan . Tapi ia memberanikan diri menikah setelah lulus kuliah. Padahal untuk ukuran materi, gaji 200 ribu belumlah cukup untuk biaya hidup. Tapi ia yakin dengan pilihannya. Ia mantap menikah!.
Kini, setahun sudah usia pernikahan kawan saya. Ia kini sudah memiliki rumah, motor dan satu orang buah hatinya. Sungguh, sesuatu yang sulit dihitung dengan logika. Tapi hidup bukan hanya bersandar pada logika tapi juga keimanan. Rezeki akan selalu datang dari tempat yang tak terduga meski penghasilan kita kecil. Namun dengan keimanan dan usaha yang sungguh-sungguh Allah telah memberikan keberkahan.
Keimanan inilah yang melahirkan keberkahan. Dalam situasi yang serba keterbatasan, keyakinan terhadap diri sendiri, kepada cita-citanya, keyakinan kepada Allah merupakan sebuah kekuatan yang mampu mengalahkan keterbatasan itu. Itulah yang disebut berkah. Inilah kuncinya! Semua mengalami pertumbuhan dan pertambahan melebihi nilai nominalnya. Berkah terjadi pada sesuatu yang sedikit namun menghasilkan banyak.
Oleh sebabnya Umar berkata kepada Amru Bin Ash dalam sebuah suratnya “ Tidak akan pernah sanggup mengalahkan orang-orang kafir dengan kecukupan sarana dan banyaknya jumlah tentara kita. Kita hanya dapat mengalahkan mereka karena kita beriman dan mereka kafir, karena kita bertakwa dan mereka bermaksiat.” .
Dengan keimanan dan ketakwaan inilah yang akan menjadikan kita memiliki kekayaan yang sesungguhnya. Meskipun nominalnya sedikit, namun menghasilkan banyak. Keimanan, keikhlasan, kejujuran, keberanian dan tawakal berpadu menjadi sebuah kekuatan. Inilah puncak spiritualitas. Hal inilah yang akan mampu memberikan keberkahan kepada kita. Keberkahan menjelaskan kepada kita suatu hukum bahwa sedikit bisa menghasilkan banyak.. Wallahu’alam.